TOPIKINDONESIA.ID – Dini (12), gadis ceria yang terlahir dari pasangan Kailani (46) dan Leni Marlina (42), warga Pekon Padanghaluan, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat divonis dokter mengalami pembengkokan tulang belakang sehingga terancam lumpuh dan membutuhkan bantuan dermawan untuk biaya pengobatan penyakit yang dialaminya.
Hal itu diungkapkan sang ibunda, Leni Marlina, bahwa penyakit putrinya itu diketahui dari keterangan dokter spesialis bedah tulang di RS Urip Sumoharjo, Bandarlampung.
Baca juga
OJK Lampung: Aset Perbankan Triwulan Ketiga Tahun 2021 Tumbuh 7,43 Persen
Fintech P2P Meningkat Dua Tahun Terakhir, Saat Ini Tinggal 104 Platform Legal
“Kata dokternya anak saya harus mendapatkan penanganan segera dengan dioperasi di Jakarta. Tepatnya di RS Fatmawati,” kata dia, Minggu (5/12/2021).
Tentu saja keterangan tersebut membuat Leni dan suami shock. Pasalnya, mereka mengaku tidak punya biaya yang cukup untuk menjalani seluruh pengobatan tersebut.
Fakta Terkini Gunung Semeru Meletus, Puan Maharani Minta Pemerintah Utamakan Penyelamatan Warga
“Kalau BPJS anak saya punya. Tapi untuk biaya perjalanan, makan minum disana serta obat-obatan dan lainnya itu yang belum ada,” jelas dia.
Belum lagi, sambungnya, sang suami yang hanya berprofesi sebagai sopir di Jambi hanya punya kesempatan tiga bulan sekali untuk pulang ke rumah.
Mendagri Dorong Tranformasi Digital Keuangan Daerah
Dini saat ini yang masih duduk di kelas VII di SMPN 1 Krui Selatan. Pihak keluarga pun sudah meminta sekolah agar berkenan mengurangi beban kepada Dini, terutama mata pelajaran yang bersifat fisik seperti olah raga.
“Akibat penyakit yang dialaminya, kondisi tubuh Dini semakin kurus,” keluh Leni.
Presiden Jokowi: Lomba Mural Kapolri Hasilnya Positif, Ruang Kebebasan Berpendapat
Leni dan keluarga mengaku tidak mengetahui penyebab dari penyakit yang diderita putrinya tersebut. Yang ia tahu, di bagian punggung Dini terdapat benjolan yang kian hari semakin membesar.
“Sudah sekitar dua bulan lalu, anak saya mengatakan punggungnya terasa pegal. Saya lihat memang tulang belakangnya terlihat bengkok,” ujar dia.
Leni mengaku selama ini hanya memiliki tabungan sekitar Rp 3 juta rupiah. Itu pun sudah habis saat pemeriksaan di RS Urip Sumoharjo beberapa waktu lalu.
“Biaya pengobatannya sangat mahal saya bingung mau bagaimana. Saya berharap pemerintah atau para dermawan berkenan membantu biaya pengobatan Dini di Jakarta,” ujar Leni dengan dengan mata berkaca-kaca. (Ton)