TOPIKINDONESIA.ID – Supporting.Co, entitas berupa Subholding dari PTPN III (Persero) atau Holding Perkebunan Nusantara sedang menghitung mundur menuju hari-H legalitas kelahirannya.
Sebagai salah satu anak perusahaan PTPN III (Persero) yang akan tergabung ke dalam “grup anak perusahaan” Supporting.Co, PTPN VII sejak jauh hari sudah mempersiapkan diri.
Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy mengutip pernyataan dari Direktur Utama PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani menyebut “Legal Day One” atau hari pertama pengesahan Supporting.Co akan berlangsung di Bulan November 2023 ini.
Ia mengatakan, segala sesuatu menyangkut legalitas untuk pembentukan Subholding ini sudah selesai.
“Tinggal ketuk palu,” kata Chief Ryan, sapaan akrab Ryanto Wisnuardhy singkat Senin (10/11/23).
Tentang kesiapan PTPN VII menjadi bagian dari Supporting.Co, Ryan menyatakan sudah 90 persen. Ia tidak menyebut angka 100 persen bukan berarti masih ada keraguan struktur dan infrastruktur yang belum terpenuhi, tetapi probabilitas di lapangan pasti ada dan terjadi. Sebab, kata dia, ada banyak sekali faktor yang dinamis dalam kebijakan yang merupakan salah satu program transformasi bisnis di PTPN Group ini.
Diketahui, PTPN VII di bawah koordinasi PTPN I akan tergabung dalam Supporting.Co bersama PTPN II, PTPN VIII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV. Ke-sembilan PTPN dengan rupa-rupa komoditas ini secara teritorial berada di Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Lampung, Sumsel, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Jumlah lahan HGU yang dimiliki sangat luas dengan Karyawan puluhan ribu orang.
“Saya menganggap kebijakan ini strategis dan fundamental. Bisa dibayangkan, satu Manajemen Subholding akan meng-arrange ratusan unit kerja dengan teritori sangat luas. Ini langkah dengan risiko tinggi tetapi memiliki prospek yang sangat besar. Saya yakin, Supporting.Co dengan rupa-rupa komoditas ini nantinya akan menjadi profit center paling kuat di PTPN Group,” kata Ryan.
Sejak prospektus pembentukan tiga Subholding di PTPN Group, yakni Sugar.Co, Palm.Co, dan Supporting.Co dua tahun lalu, Ryan mengatakan PTPN VII terus mengawal dan menyiapkan diri. Mulai dari “cek ombak”, sosialisasi, hingga beberapa kebijakan eksekusi di lingkungan Karyawan PTPN VII, Ryan mengaku mendapat sambutan positif. Kesimpulan sementara, Ryan menyebut PTPN VII sangat welcome dengan langkah progresif yang meniscayakan restrukturisasi.
“Kesimpulan saya, seluruh insan PTPN VII menyambut baik restrukturisasi ini. Ini merupakan indikator mindset seluruh Karyawan PTPN VII yang peka dan siap menghadapi perubahan. Kepekaan terhadap perubahan adalah ciri human capital yang siap diajak bekerja dengan speed tertinggi sekalipun,” kata dia.
Chief Ryan menambahkan, dalam program restrukturisasi organisasi ini tidak akan mengurangi hak normatif karyawan.
Tim Transisi
Secara teknis operasional di lapangan, Senior Executive Vice President (SEVP) Business Support PTPN VII Okta Kurniawan menyatakan secara keseluruhan PTPN VII sudah siap. Ia mengakui, proses untuk menuju kata “siap” ini sangat panjang dan kompleks. Sebab, kata dia, begitu banyak faktor teknis, non teknis, dan faktor psikologis yang harus disiapkan dengan sangat rigid dan hati-hati.
“Persiapan PTPN VII memasuki Supporting.Co ini bukan sekadar administratif, ya. Ada banyak sekali faktor non teknis yang harus diakomodasi dengan sangat bijak. Sebab, faktor-faktor non teknis itu menyangkut psikologis juga. Kita butuh kesabaran, ketelitian, waktu, dan banyak hal lain sehingga bisa terlihat proyeksi prospek ke depan,” kata Okta.
Berdasarkan pemetaan potensi yang dilakukan PTPN Holding, PTPN VII dimasukkan ke dalam Subholding Supporting.co. Kabar itu cukup menarik perhatian karena dari empat komoditas yang dikelola PTPN VII, hanya teh yang dalam kategori “rupa-rupa” komoditas. Lebih dari itu, luas kebun teh PTPN VII yang berada di Pagaralam, Sumatera Selatan itu juga hanya sekitar 1.500 hektare.
“Kita kan dominan sawit, karet, dan gula (tebu), tetapi kok dimasukkan ke Supporting. Setelah mendapat penjelasan dari Holding, ternyata kita (PTPN VII) dinilai punya infrastruktur dan prospek terbaik untuk menjadi salah satu penopang Supporting.Co,” kata dia.
Okta mengatakan, proses peralihan ini tidak sederhana. Pertanyaan paling awal ketika mendapat kabar PTPN VII bergabung dengan Supporting.Co bersama delapan PTPN lain yang secara teritorial sangat berjauhan adalah kemungkinan mutasi karyawan sampai Sulawesi.
“Sangat dipahami ketika informasi itu muncul, yang pertama terbayang adalah mutasi jauh sekali. Tetapi, secara perlahan bisa kita komunikasikan dengan baik. Banyak sekali pertanyaan lainnya, termasuk soal hak-hak normatif Karyawan, kemungkinan pengurangan Karyawan, pemutusan hubungan kerja, dan sebagainya,” terang Okta.
Menjelaskan secara konstruktif kepada Karyawan dan semua stakeholder sudah sampai pada pemahaman yang baik. Saat ini, kata Okta, pihaknya sudah selesai menyiapkan segala sesuatunya untuk segera masuk ke Supporting.Co dengan elegan.
“Sejak diumumkan kami masuk Supporting.Co, kami membentuk Tim Transisi untuk menyiapkan segala sesuatunya. Tentu, kami terus berkordinasi dan berkomunikasi dengan Holding tentang konstruksi, parameter, dan semua instrumen yang dibutuhkan dan harus disiapkan. Saat ini, kami sudah lakukan,” kata SEVP yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan PTPN VII ini.
Tim Transisi yang dibentuk PTPN VII berasal dari semua Bagian. Tim ini, kata Okta, terus bekerja secara paralel dan berseri dengan membentuk struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan di Subholding, membangun sistem informasi yang selaras, dan memberi pelatihan kepada Karyawan yang disiapkan.
“Kami telah membentuk Tim Transisi yang bertugas untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Kami juga telah melakukan penyusunan Struktur
Organisasi baru yang sesuai dengan kebutuhan Subholding,” kata Okta.
Pontensi Kompetitif.
Senada dengan Okta, SEVP Operation I PTPN VII Budi Susilo menjelaskan posisi operasional PTPN VII menjelang masuk Supporting.Co. Ia mengakui, komoditas yang saat ini dikelola PTPN VII lebih dominan beririsan dengan Palm.Co (yang mengelola kelapa sawit dan merencanakan konversi karet) dan Sugar.Co (yang mengelola gula).
Namun, pertimbangan Holding yang memasukkan PTPN VII ke dalam Subholding Supporting.Co tidak menjadi masalah serius.
“Memang kami kan dominan sawit, tebu, dan karet. Tetapi, Holding meminta kami ke Supporting.Co. Setelah kami pelajari, pertimbangan Holding cukup baik. Tetapi ini bukan berarti kami kemudian harus ganti komoditas, melainkan operasional sawit, tebu, dan karet dilaksanakan KSO (Kerja Sama Operasional) dengan Subholding lain. Jadi, tidak ada perubahan berarti di teknis komoditas. Hanya soal administratif saja,” kata dia.
Menurut Budi Susilo, pembentukan tiga Subholding di PTPN Group sangat prospektif. Banyak hal yang bisa dilakukan manajemen untuk perbaikan sistem, efisiensi anggaran, distribusi sumberdaya, transfer ilmu dan teknologi, hingga pengembangan kemampuan Karyawan yang kompetitif sesuai kompetensinya.
“Saya kira ini bagus untuk masa depan perusahaan kita. Dari sisi sistem, ini adalah jawaban dari era informasi yang sudah tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Dari sisi Manajemen, ini akan terbentuk model yang efisien dan efektif. Dari sisi kebijakan, akan ada perlakuan yang proporsional sesuai potensinya. Dari sisi teknologi, akan ada pembaruan merata. Dari sisi SDM, akan terjadi kompetisi yang mendorong semua berprestasi. Ada transfer of knowledge yang mengalir deras,” kata planters yang memulai karier di PTPN III Sumatera Utara ini.
Bergabungnya PTPN VII ke dalam Subholding, menurut Budi juga sangat menguntungkan dari sisi kesejahteraan Karyawan. Ia mengatakan, standar pendapatan Karyawan dengan demikian akan mengacu kepada strata tertinggi dari PTPN yang tergabung.
“Saya yakin, ini akan membawa kemaslahatan untuk kita Karyawan, stakeholder, masyarakat, dan bangsa kita,” kata Budi Susilo.
KSO, Operational Excellence
Sementara itu, SEVP Operation II PTPN VII Wiyoso mengatakan, proses transisi operasional komoditas karet dan tebu sudah tinggal “diberangkatkan.”
Ia mengatakan, Operation II PTPN VII yang membidangi komoditas tebu (gula putih) dan karet akan melakukan Kerja Sama Operasional (KSO) dengan dua Subholding lain. Yakni, dengan Subholding Sugar.Co untuk komoditas tebu dan dengan Subholding Palm.Co untuk komoditas karet.
“Untuk komoditas gula atau tebu, kami sudah mulai KSO dengan Subholding Sugar.Co, yakni dengan PT SGN (Sinergi Gula Nusantara), Subholding Gula yang memang sudah terbentuk dua tahun lalu. Jadi, untuk industri gula, KSO sudah berjalan, tetapi saat ini belum pakai entitas Supporting.Co. Saya kira, KSO akan mendukung model bisnis kompetitif yang mengarah ke operational excellence,” kata SEVP yang sebelumnya menjabat Kabag Operation II PTPN VII ini.
Bagaimana dengan nasib komoditas karet? Menjawab pertanyaan ini, Pak Yos, sapaan akrab Wiyoso, menyebut, tiga Subholding yang dibentuk hanya mengakomodasi kelapa sawit dan gula. Satu Subholding lagi merupakan gabungan dari semua komoditas yang selama ini lebih disebut sebagai side commodity atau komoditas minor (non core).
“Secara nama, karet memang tersisih, tetapi bukan berarti komoditas ini akan dihilangkan. Sementara nanti karet akan bergabung dengan Palm.Co dan secara berangsur memang akan dikonversi ke sawit, tetapi tidak secepat itu. Kebun-kebun yang masih produktif akan dipertahankan dan yang sudah tidak produktif nanti replanting-nya ke sawit,” kata dia.
Dengan kebijakan itu, karet yang merupakan komoditas dengan luas areal nomor dua di PTPN VII akan tetap dikelola KSO dengan Palm.Co.
Meskipun demikian, tambah Wiyoso, proses replanting atau tanam ulang lahan kebun karet ke kelapa sawit tidak dilaksanakan dalam waktu cepat. Ia menyebut, operasional komoditas karet melibatkan banyak tenaga kerja. Dalam konteks ini, sebagai perusahaan negara, pihaknya akan tetap memperhatikan faktor sosial ekonomi kawasan agar tetap kondusif.
“Konversi karet ke kelapa sawit itu rencana ke depan, tetapi tidak serta-merta, tidak bisa langsung eksekusi begitu. Harus ada kajian sosial ekonomi yang tepat,” kata dia.
Secara keseluruhan, Wiyoso melihat prospek yang lebih baik pada program transformasi bisnis PTPN Group yang memasukkan restrukturisasi entitas ini.
“Saya kira, ini sudah eranya. Teknologi telah mengarahkan semua bisa berlangsung cepat tanpa hambatan ruang dan waktu. Dan kita menjawabnya dengan langkah ini,” pungkasnya. (*)