TOPIKINDONESIA.ID, TOKYO – Rumah Budaya Indonesia (RBI) Tokyo menggelar lokakarya Jamu Indonesia guna mempromosikan jamu sebagai minuman tradisional sehat warisan budaya Indonesia kepada warga Jepang.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Atdikbud RI) di Tokyo, Yusli Wardiatno, mengungkapkan antusiasme warga Jepang terhadap Workshop Jamu Indonesia cukup tinggi, dengan partisipan sebanyak 84 orang.
“Pembicara yang hadir adalah alumni salah satu universitas terkemuka di Jepang dan tengah merintis bisnis jamu bernama Riskina Juwita,” ungkap Atdikbud Yusli, usai pelaksanaan lokakarya yang dilakukan secara daring, Sabtu (10/7/2021).
Ditengarai Yusli, dalam masa pandemi, jamu kian populer seiring imbauan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, untuk mengonsumsi jamu guna meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit. “Anak muda sekarang pun mulai mengunjungi tempat jamu daripada kafe,” ucap Yusli.
Atdikbud Yusli mengakui, RBI mendapat kehormatan dengan kehadiran dua tamu istimewa, yaitu istri mantan Duta Besar Jepang untuk Indonesia pada masa jabatan 2017-2021, Sayoko Ishii, serta istri Duta Besar Jepang untuk Indonesia aktif, Yasuko Kanasugi. Diakui Sayoko Ishii, dirinya amat mengapresiasi acara ini.
“Acara ini bertepatan sekali dengan pandemi yang sedang kita hadapi, di mana kita dapat mengenal minuman herbal tradisional asal Indonesia,” kata Sayoko.
Ia juga memuji penyelenggaraan acara yang amat informatif dan disiapkan dengan baik.
“Saya dulu sering minum jamu, setelah mendengar Bapak Presiden Joko Widodo meminum jamu setiap pagi,” jelas Sayoko yang mendapat resep jamu dari surat kabar.
Ia juga menunjukkan jamu kemasan salah satu merek jamu kemasan populer yang digemari Dubes Masafumi Ishii. “Kalau Ibu sendiri mencampur jamu kemasan tersebut dengan air dan es batu sehingga rasanya menyegarkan,” ujar dia.
“Saya amat terkesan mengetahui bahwa resep jamu diwariskan secara turun temurun dari generasi nenek, ke generasi ibu, lalu kepada cucu. Sungguh tradisi yang indah,” puji Sayoko.
Sementara itu, Yasuko Kanasugi, mengungkapkan dirinya juga sudah pernah minum jamu. “Saya minum jamu yang terdiri dari campuran jahe, kayu manis, madu dan gula jawa sekitar dua hingga tiga kali seminggu,” tutur dia.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Darma Wanita Persatuan Kedutaan Besar Republik Indonesia (DWP KBRI) di Tokyo, Nuning Akhmadi, yang menegaskan jamu adalah kekayaan budaya Indonesia sejak dulu dan perlu dilestarikan dan dipopulerkan, terutama di kalangan generasi muda.
“Saya masih ingat aroma jamu yang dibuat nenek saya. Beliau membuat jamu dari tanaman di rumah dengan resep turun temurun. Saya sangat suka kunyit asam dan beras kencur. Brotowali terlalu pahit untuk saya,” terang Nuning sambil mengingat masa kecilnya.
Dalam kesempatan ini, RBI juga turut membagikan resep dan cara pembuatan kunyit asam, wedang jahe, dan beras kencur serta menunjukkan bahan-bahan aslinya yang bisa dibeli di wilayah Tokyo.
“Selain itu, sebagian peserta yang telah dikirimkan sampel jamu dan diajak minum bersama dalam acara RBI ini. Acara RBI juga mengajak peserta yang tinggal di Tokyo dan sekitarnya untuk datang ke Indonesia Bazaar,” ucap Atdikbud Yusli. Bazar digelar di Marunouci Building lantai empat yang masih berlangsung hingga 30 Juli nanti.
“Di sana, pengunjung juga bisa melihat pemaparan pembuatan jamu dan membeli jamunya,” ungkap Atdikbud Yusli.
Dirinya pun menilai, RBI harus bisa menjadi wadah pengenalan berbagai warisan budaya Indonesia, dan jamu harus diperkenalkan sebagai produk dan budaya asli Indonesia pada masyarakat Jepang.
“Promosi jamu sebagai warisan budaya sangat penting dan strategis, supaya nanti tidak diaku sebagai warisan budaya negara lain. Saya juga sudah terbiasa minum jamu sejak kecil. Artinya jamu ini memang sudah turun-temurun,” pungkas Atdikbud Yusli.
Acara ini turut dimeriahkan dengan Tari “Mbok Jamu” oleh Anggota Sanggar Duta Melati, Chika dan ditutup dengan bersama-sama menyanyikan Lagu “Suwe Ora Jamu” dengan iringan piano Noriko Sasaki. (rls/Fik/TI)